WE ARE ORION SMA N 1 SINGARAJA
RSS

Selasa, 10 Desember 2013

BRIGJEN TNI ANUMERTA I GUSTI NGURAH RAI

Lama nih  udah ngga update :D
well, kali ini saya mau share tentang sedikit informasi yang saya dapat dari Sarasehan mengenai nilai-nilai kepahlawanan yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Provinsi Bali di Monumen Tri Yudha Sakti kemarin yaitu Riwayat Hidup dan Perjuangan Pahlawan Nasional kita I Gusti Ngurah Rai ..
Semoga bermanfaat ::)

I. RIWAYAT HIDUP
Nama                       : Kol. TNI I Gusti Ngurah Rai
Tempat/Tanggal lahir : Ds. Carangsari, Kec. Petang, Kab. Badung (30 Januari 1917)
Nama Orangtua        : I Gusti Ngurah Pacung (Ayah)
                                  Desak Putu Kari (Ibu)
Agama                     : Hindu
Anak                        : I Gusti Ngurah Gde Yudana
                                  I Gusti Ngurah Tantra
                                  I Gusti Ngurah Alit Yudha
Pendidikan                : Menempuh pendidikan pada MULO Sekolah Menengah Pertama sekarang
                                  di Malang tahun 1940 dan ia berhak memakai tanda pangkat Letnan Dua.
Pekerjaan                 : - Berdinas di Militer Belanda tetapi tidak berlangsung lama, karena pada bulan
                                    Maret terjadi pergantian penguasa dari Hindia Belanda kepada kekuasaan Jepang.
                                 - Pada masa pendudukan Jepang Ngurah Rai bekerja sebagai pegawai pada
                                   Nitsul Hussan Kaisya yang bergerak dibidang pembelian pada rakyat.

II. RIWAYAT PERJUANGAN
 Sampai masa akhir pemerintahan Jepang, Ngurah Rai tetap melakukan gerakan bawah tanah. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan ia menghimpun kekuatan pemuda untuk melakukan usaha-usaha merebut kantor pemerintahan dari tangan Jepang. Karena kegiatan-kegiatan tersebut, maka tanggal 8 Oktober 1945 Jepang menyerahkan kekuasaannya kepada Gubernur Mr. Ketut Puja.

Perkembangan-perkembangan yang terjadi di Jakarta diikuti oleh pemuda-pemuda Bali. Setelah TKR terbentuk, BKR di transformasikan kedalam TKR. Dalam rapat yang diadakan November, 1945 di Puri Raja Badung di Denpasar. I Gusti Ngurah Rai terpilih menjadi pimpinan TKR Bali.

TKR yang baru berdiri ini sudah harus menghadapi bentrokan-bentrokan bersenjata dari pihak lawan. Karena itu TKR merencanakan menyerang pasukan Jepang dan merebut senjatanya. Rupanya rencana ini sudah diketahui oleh Jepang sehingga mereka menyerang lebih dulu. Esok harinya Jepang melancarkan gerakan pembersihan.

Kegagalan tersebut merupakan pukulan berat bagi Ngurah Rai, kekuatan yang sudah dihimpun kini berantakan. Di Banyuwangi Ngurah Rai mengadakan pembicaraan dengan pejabat-pejabat setempat dan membentuk badan Penghubung.

Sepeninggal Ngurah Rai keadaan di Bali semakin genting. Sampai bulan April 1946, sudah mendapat pasukan Belanda sebanyak 2620 orang. Waroka sendiri gugur dalam pertempuran di Selat Bali. Ngurah Rai dihadapkan pada situasi yang sulit, sebagian pulau Bali sudah dikuasai Belanda. Karena itu tugas pertama yang dilakukan oleh Ngurah Rai ialah mengumpulkan kembali pasukannya yang telah tersebar itu.

Awal Juli 1946 pasukan Ngurah Rai mengadakan long march melalui Gunung Agung. Dalam mengadakan long march pasukan Ngurah Rai beberapa kali sedikit sengit dengan pasukan Belanda. Setelah pertempuran berakhir, Ngurah Rai mengatur siasat dengan membuat pertahanan semu, perkiraan Ngurah Rai ternyata tepat. Untuk beberapa lamanya pasukan Ngurah Rai tidak melancarkan serangan, ia pun mulai merubah taktik. Sesudah berhasil memojokkan Ngurah Rai di Gunung Agung, Belanda mengira pasukan Ngurah Rai sudah lumpuh.


Sementara itu antara pemerintah RI dan Belanda sudah dicapai persetujuan tembak-menembak. Persetujuan itu diparaf dalam pertemuan Linggarjati pada tanggal 15 November 1946. Dalam salah satu bagian tercantum bahwa Belanda mengakui kekuasan De Facto RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Menanggapi hasil yang dicapai di Linggarjati, didepan pasukannya Ngurah Rai mengatakan "Jangan gentar, Sunda kecil harus mampu berdiri sendiri".

Menjelang pagi hari tangga 18 November 1946, Ngurah Rai memimpin pasukannya menyerang Tabanan, serangan tersebut diluar dugaan Belanda. Pasukan Belanda yang besar itu bukan tandingan bagi pasukan Ngurah Rai yang dikenal dengan "Ciung Wanara", namun mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka tetap memberikan perlawanan sampai akhirnya mereka terdesak di Desa Marga.

Pertempuran terakhir pada tanggal 20 November 1946 di Desa Marga. Menghadapi lawan yang jauh lebih kuat, Ngurah Rai memerintah pasukannya agar menghemat peluru. Pada saat pasukan Belanda mendekat dan jaraknya hanya 100 meter dari posisi Ciung Wanara, Ngurah Rai pun memerintahkan pasukkannya melepaskan tembakan yang menewaskan beberapa orang tentara Belanda. Karena ada tembakan balasan dari pasukan Ciung Wanara, Belanda pun mengetahui posisi musuhnya. Anak buah Ngurah Rai membalas dengan menembakkan senapan mesin. Usaha itu berhasil untuk sementara waktu untuk menahan gerak maju pasukan Belanda.

Menghadapi serangan serentak itu, pasukan Ngurah Rai berhasil memberikan perlawanan sengit dan mendepak mundur pihak penyerang. Kesempatan itu pun dipergunakan oleh pasukan Ngurai Rai untuk lolos dari kepungan. Kekuatan hanya tinggal 1 kompi dan situasi pun semakin kritis. Dengan keadaan yang demikian, Ngurah Rai berseru "Puputan (yang berarti habis-habisan)", Ngurah Rai bersama sebagian besar anak buahnya gugur dalam pertempuran yang penuh keberanian itu.

Pemerintah RI menghargai jasa-jasa dan perjuangan Ngurah Rai dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dianugrahi gelar Pahlawan Nasional dan namanya diabadikan pula dalam nama lapangan penerbangan internasional di Denpasar,







0 komentar:

Posting Komentar