WE ARE ORION SMA N 1 SINGARAJA
RSS

Jumat, 15 November 2013

KERAJAAN MATARAM KUNO (DINASTI SYAILENDRA)

 

I.        Sejarah Kerajaan

Dinasti Syailendra diduga berasal dari daratan Indocina (sekarang Thailand dan Kemboja). Dinasti ini bercorak Budha Mahayana, didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Pada awal era Mataram Kuno, Dinasti Syailendra cukup dominan dibanding Dinasti Sanjaya. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), Syailendra mengadakan ekspedisi perdagangan ke Sriwijaya. Ia juga melakukan perkawinan politik: puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Pada tahun 790, Syailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahuan. Peninggalan terbesar Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur yang selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).

II.     Peninggalan sejarah

 · Candi Kalasan 
Candi Kalasan merupakan peninggalan dari Wangsa Sailendra yang terletak 50 meter di sebelah selatan Jalan Yogyakarta-Solo, tepatnya di Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
  Candi Sari
Candi Sari merupakan candi yang beraliran Buddha, candi berada tidak jauh dari Candi Kalasan, yaitu di sebelah timur laut tepatnya ada di Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 
· Candi Sewu 
Candi Sewu merupakan candi Buddha berdiri pada abad ke-8 Masehi di akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran merupakan raja yang termahsyur dari kerajaan Mataram Kuno. 

· Candi Lumbung dan Candi Bubrah
Candi Lumbung juga merupakan candi Buddha yang terletak di dalam kompleks Candi Prambanan, sekitar 300 meter ke utara dari Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah.

   •   Candi Mendut
   Sebuah candi berlatar belakang agama Buddha sama dengan candi yang sebelumnya. 
   Candi ini    terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kota Mungkid,  
   Kabupaten Magelang,   Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.

    •    Candi Borobudur
    Candi yang sangat terkenal di dunia. Candi Borobudur merupakan kompleks candi terbesar 
    yang ada di Dunia. Candi Borobudur merupakan candi Buddha yang terletak di 
    Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi Borobudur terdapat 100 km di 
    sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta
    Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar 
    tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra.

    •   Ratu Baka
    Suatu kompleks yang sampai kini masih dalam penyelidikan . Mendapat dongeng Ratu baka 
    adalah tempat keraton dari Raja Baka. menurut Prijohutomo (1953: 84) menyimpulkan 
    “disamping arca-arca yang bersifat Buddha ada pula yang bersifat Siwa. 
    Maka kompleks ini rupa-rupanya bukan keraton, melainkan suatu kompleks kuil pula yang 
    dahulu dibangun disitu”.

III.  Sumber Sejarah
1.      Prasasti Canggal , yang menyebutkan tentang pembuatan lingga oleh raja Sanjaya.
2.      Prasasti Kelurak, berangka tahun 782 M.
3.      Prasasti Karang Tengah, berangka tahun 824 M.
4.      Prasasti Sojomerto.
5.      Prasasti Kedu atau Balitung, berangka tahun 907 M.
6.      Candi-candi yaitu, Candi Kalasan, Candi Gedong Songo, Kompleks Candi Dieng, Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu dan Candi Plaosan.

IV.     Kehidupan Sosial , Ekonomi, Politik dan Budaya

A.  Aspek Kehidupan Sosial
            Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.
            Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana. 
  
B.   Aspek Kehidupan Ekonomi

       Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

C.  Aspek Kehidupan Politik

            Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya).
Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat.

D.  Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha

            Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan  banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf  Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair. 

V.        Penyebab Keruntuhan

Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
1)   Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar:
2)   Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi;
3)   Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.

VI.     Raja-raja yang pernah memerintah Mataram Kuno

Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-raja yang sebagian terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan sikap toleransi terhadap agama lain. Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:

a)   Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
b)   Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
c)   Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
d)   Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
e)   Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
f)   Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
g)  Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
h)  Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
i)   Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)

1 komentar:

BELAJAR BAHASA mengatakan...

Dinasti Syailendra berkuasa di Sriwijaya Sumatera dan Medang Jawa Tengah

Posting Komentar