I. RIWAYAT HIDUP :
Nama : Gusti Ketut Jelantik
Jabatan : Patih Agung/ Wakil Raja
Putra dari : I Gusti Nyoman Jelantik Raja
Pendidikan : Pendidikan Tradisional dalam Lingkungan Keluarga
Dinobatkan : Pada Tahun 1828 sebagai Patih di Kerajaan Buleleng
Meninggal : Tahun 1849
II. RIWAYAT PERJUANGAN
1. Keberanian dan keperwiraannya menentang penjajah Belanda diawali dengan sikap dan tindakannya yang menolak tuntutan Belanda agar mengganti kerugian atas kapal-kapal yang dirampas dan mengakui kedaulatan Belanda di Hindia Belanda. Atas tuntutan itu Patih jelantik sangat marah sambil memukul dada dengan kepalan tangan mengatakan, "Tidak bisa menguasai negeri orang lain hanya dengan sehelai kertas saja tetapi harus diselesaikan diatas ujung keris", selama saya masih hidup Kerajaan ini tidak akan pernah mengakui kedaulatan Belanda. Ucapan Patih Jelantik yang gagah berani itu mengandung kepahlawanan dan anti Kolonialisme.
2. Pada tanggal 12 Mei 1845, Belanda mencari cara lain yaitu dengan perantara Raja Klungkung. Dalam pertempuran tersebut agar Buleleng menghapus hak "Tawan Karang'' (yaitu hak dari Raja Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai wilayah kerajaannya). Pada tanggal 27 Juni 1846, pihak Belanda mengadakan perlawanan terhadap pasukan Bali dan pertempuran tersebut berlangsung sangat seru yang berakhir dengan jatuhnya Buleleng ke tangan Belanda pada tanggal 29 Juni 1846.
3. Pada 6 - 8 Juni 1848, pihak Belanda mengirimkan ekspedisi yang kedua dengan mendaratkan pasukan di Sangsit. Perlawanan dari pasukan Bali dipimpin oleh Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik. Ia memberikan komando dari Benteng Jagaraga yang merupakan benteng paling kuat dari empat benteng lainya. Dari pihak Bali hanya satu benteng saja yang jatuh ketangan Belanda yaitu benteng disebelah timur Sangsit dekat Bungkulan. Kekalahan Belanda ini menambah kepercayaan Raja-raja Bali akan kekuatan dan kepemimpinan Patih Agung I Gusti Ketut Jelantik. Keberhasilan laskar Patih Jelantik sangat mengagetkan orang-orang Belanda sehingga menggegerkan Parlementer Belanda.
4. Kemenangan laskar Buleleng menyebabkan pihak Belanda mengirimkan ekspedisi yang ketiga pada tanggal 31 Maret 1849 dibawah pimpinan Jendral Michiel. Kemudian pada tanggal 7 April 1849 Raja Buleleng I Gusti Ngurah Made Karangasem dan Patih I Gusti Ketut Jelantik bersama 10-12 ribu orang prajurit berhadapan dengan tentara Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Michiels. Pihak Belanda tetap menuntut agar Raja Buleleng mengakui Pemerintahan Hindia Belanda dan membongkar semua benteng yang ada di Jagaraga. Tuntutan Belanda tidak dilaksanakan oleh Patih Jelantik, maka terjadilah perang dan akhirnya benteng Jagaraga jatuh ketangan Belanda pada tanggal 16 April 1849. Dari pihak Bali pasukkannya tersedak mundur sampai ke pegunungan Batur Kintamani, selanjutnya terus ke Karangasem mencari bantuan. Kemudian Karangasem diserang oleh pasukan Belanda terus menyerang sampai ke pegunungan Bale Punduk, akhirnya Patih Jelantik pun gugur.
0 komentar:
Posting Komentar